SAYA LEBIH BAIK DARI DIA (ANA KHAIRUN MINHU)


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Para sahabat rahimakumullah,
Sombong, barangkali sama tuanya dengan peradaban manusia. Iblis dikutuk dan dikeluarkan dari surga juga lantaran sombong. Ia menolak bersujud kepada Adam as, manusia pertama, karena merasa dirinya lebih baik.

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَقَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
"Allah berfirman: 'Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang (yang) lebih tinggi?' Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah'." (QS Shaad [38]: 75-76).

"Ana khoirun minhu (Saya lebih baik dari dia)," kata Iblis. Merasa diri lebih baik dari pada yang lain itulah sombong. Dan akibat sombong, iblis dikutuk!

"Allah berfirman:

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌوَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
'Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." (QS. Shaad [38]: 77--78). 

Kita berlindung kapada Allah dari perbuatan sombong, baik dalam bentuk sifat, sikap maupun perilaku, karena ia dapat menjadi penghalang masuk jannah. Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan masuk jannah seseorang yang terdapat dalam hatinya sifat sombong (kibr) meskipun hanya sebesar biji sawi." (HR Muslim). 

Dalam banyak ayat al-Qur'an, Allah SWT mencela orang yang sombong dan sewenang-wenang. Allah Azza wa Jalla berfirman:

سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
"Akan Aku palingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku" (QS al-A'raf [7]:146)

كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
"Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang" (QS Al-Mu'min [40]:35)

إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong". (QS An-Nahl [16]:23)

Berhati-hatilah kita, karena sifat, sikap, dan perilaku merasa lebih baik, lebih mulia bisa menimpa siapa saja. Seorang tokoh yang memiliki pengikut banyak, reputasi yang luas juga berpotensi untuk menyombongkan diri lantaran ketokohannya dan pengikutnya yang banyak. Seorang yang memiliki tubuh kuat, atletis, jawara, kadang tergoda memamerkan bentuk tubuhya, disamping tidak jarang gampang terpancing perkelahian, dalam urusan kecil sekalipun, hanya lantaran merasa dirinya pendekar. Seorang rupawan juga kadang tergoda untuk membanggakan kecantikannya dan meremehkan yang tidak seganteng dan secantik dirinya, bahkan sampai mencacat bentuk fisik orang lain. Seorang hartawan sering tergoda membanggakan pakainnya yang bagus, kendaraannya yang mewah, rumahnya yang mentereng dengan melihat sebelah mata pada kaum alit yang kumal, kotor, kolot dan pinggiran. Seorang pejabat yang kebetulan pangkatnya lebih tinggi kadang merasa lebih baik dari bawahannya. Presiden merasa lebih baik dari menteri, jenderal merasa lebih baik dari kopral, direktur merasa lebih baik dari karyawan dan seterusnya.

Sifat sombong juga dapat menimpa ahli ibadah. Sosok yang secara dhahir wara', zuhud, bertahajud setiap hari, berpuasa senin-kamis, rawatibnya tidak pernah tertinggal. Karena salatnya rajin sekali hingga jidatnya hitam. Namun, ternyata ia tergoda untuk menganggap dirinya orang yang paling suci, paling baik, paling takwa. Orang lain dianggap tidak ada apa-apanya dibanding dia. 

Lantas, atas dasar apa kita membanggakan diri ? Bukankah dunia ini bersifat fana? Bukankah kekayaan, pangkat, kecantikan, keturunan, pengikut, dan ilmu merupakan anugerah sekaligus titipan Allah (amanah) yang bersifat sementara? tidak permanen? dan dapat dicabut sewaktu-waktu jika Allah menghendaki? Lagi pula, bukankah yang dilihat oleh Allah adalah ketakwaan seorang hamba? dan bukan kekayaan, pangkat, fisik, keturunan? Maka adalah aneh sikap anak manusia yang merasa dirinya "ana khairun minhu". 

Ingatlah! Kita semuanya berasal dari air nutfah yang hina dan kelak kita pun akan berakhir sebagai bangkai yang busuk!

Syaikh Abdul Qadir al-Jailani berkata, 
“Tinggalkanlah kesombongan, baik terhadap Allah SWT, maupun terhadap sesama makhluk. Sesungguhnya sombong adalah sifat Iblis serta raja-raja yang aniaya, dimana kelak Allah akan menyeret wajah mereka ke neraka. Jika engkau membuat Allah SWT murka, berati engkau telah berbuat sombong terhadap-Nya. Jika muadzin telah mengumandangkan panggilan shalat (adzan) dan engkau tidak mendatanginya, maka engkau telah berbuat sombong terhadap Allah SWT. Jika engkau telah menganiaya salah seorang dari hamba-Nya, maka engkau juga telah berbuat sombong terhadap-Nya. Bertaubatlah kepada Allah SWT., dan ikhlaskanlah dalam taubat itu, sebelum Dia membinasakan engkau dengan hamba-hamba-Nya yang paling lemah. Dia telah membinasakan Namrud dan raja-raja lainnya, ketika mereka sombong terhadap-Nya. Dia hinakan mereka sesudah berjaya. Dia fakirkan mereka sesudah kaya. Dia siksa mereka sesudah mendapatkan nikmat. Dia matikan mereka sesudah hidup. Jadilah engkau orang yang bertaqwa. Syirik itu adakalanya dalam lahir, dan adakalanya dalam batin. Syrik lahir yaitu menyembah selain Allah SWT., dan syirik batinyaitu menggantungkan nasib kepada makhluk serta menganggap mereka yang mendatangkan bahaya maupun manfaat.

Wahai kaum laki-laki maupun perempuan, sungguh akan Berjaya diantara kamu orang yang memiliki sebutir keikhlasan, sebutir ketaqwaan, sebutir kesabaran, dan sebutir rasa syukur.

Apabila di dalam hatimu masih terdapat kesombongan dan kedengkian, anggota tubuhmu engkau gunakan untuk menyakiti dan menzalimi saudaramu, lidahmu masih sering berkata dusta, ber-ghibah, namimah serta menghardik anak yatim, maka sungguh engkau telah bangkrut..!

Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla memberi karunia-Nya kepada kita memliki sifat yang tawaddu', rendah hati dan selalu terjaga dari sifat-sifat sombong yang merupakan salah satu sifat makhluk yang amat dibenci-Nya. 

Posting Komentar

0 Komentar